Mukadimah ini menyadur dari buku berjudul Jelajah Kawasan Pariwisata Curug Panjang dalam Wisata Minat Khusus, penulis A. Zaenal Mutaqin, (2020);  doi: 10.17605/OSF.IO/ZU9RW. Dan, situs ini merupakan sarana untuk mempublikasikan kandungan buku termaktub.

Mukadimah Penulis

Dengan menyebut nama Allahﷻ yang Maha Pengasih, dan lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya segala bentuk pujian hanya berhak disandarkan kepada Allahﷻ semata, Tuhan semesta Alam. Dan, Kepada-Nya lah yang Esa, kami menyembah serta memohon pertolongan. Atas curahan rahmat dan petunjuk-Nya yang lurus, buku ”Jelajah Kawasan Pariwisata Alam Curug Panjang” dalam pendekatan wisata minat khusus, hadir mewarnai literasi Pesona Pariwisata Indonesia yang divisualisasikan dalam untaian kalimat yang tersusun apik daripada kata dan hurup, menghadirkan pesan kebenaran atas keindahan dari sebahagian pesona alam yang berada dipunggungan barat gunung Paseban, pada kawasan Pariwisata Puncak – Bogor.

Dan, dengan jepretan lensa-lensa kamera daripara pembidiknya yang menghadirkan beragam bentuk, rupa dan warna, terdokumentasikan diatas lembaran demi lembaran kertas sebagai pengisah suatu keadaan yang tengah terjadi pada saat ini untuk generasi yang akan datang.

kawasan pariwisata puncak bogor
desa wisata

Keindahan lansekap alam kawasan curug panjang dengan segala kekayaan yang terkandung didalamnya, baik berupa keaneka ragaman hayati maupun kekayaan fisik bumi, telah ada keberadaannya sejak masa lampau, dan terjaga secara apik oleh generasi terdahulu, lalu diwariskan pada generasi sekarang. Saat ini, pesona itu diexplorasi guna kepentingan dunia pariwisata dan industrinya. Hal ini tidak lain karena perkembangan industri pariwisata yang berbanding lurus (linier) dengan perkembangan kebutuhan umat manusia akan suasana relaksasi di lingkungan alam yang masih asri dari ketatnya perkembangan peradaban yang berputar dengan cepat dan mempengaruhi pola hidup seseorang dan sendi-sendi dalam berkomunitas.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa telah terjadinya penyempitan presepsi atas pariwisata yang berkembang pada masyarakat umum dan diruang-ruang publik, seakan pariwisata adalah dua kembar identik dengan dunia tamasya, piknik, pelesir, hiburan dan kesenangan semata yang tidak memiliki kembaran lainnya. Hal ini telah menyebabkan pembangunan dan pengembangan kawasan pariwisata berikut interaksinya, yang sebagian besar hanya berfokus sebatas guna pemenuhan akan kepentingan perjalanan seorang manusia / kelompok atas kebutuhan kesenangan dan hiburan semata. Namun sesungguhnya pariwisata itu bersifat multidimensi atas aspek-aspek pergerakan manusia dengan multidisiplin ilmu yang membidangi pada setiap aspeknya.

Jika ditelisik dari etimologi kata pembangunnya, wisata dalam bahasa sansekerta berarti perjalanan atau bepergian, dalam bahasa Ibrani adalah “torah” yang berarti belajar, tornus (bahasa latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran dan “tour” dalam bahasa Perancis kuno lalu dikontruksi kedalam bahasa inggris yang artinya mengelilingi sirkuit, hal ini sepadan dengan perjalanan dan pendidikan/pembelajaran, namun tidak semua perjalanan dan pendidikan dapat dikatakan sebagai wisata. Dalam UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, termaktub pada BAB-I, pasal-1 menyatakan bahwa wisata :

“kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”.

Pada beberapa model pembelajaran, pendidikan dan pengembangan diri dengan medium luar ruang yang dilahirkan sebagai produk ilmu pengetahuan guna meningkatan sumber daya manusia, sebagiannya telah bergenerasi menjadi produk rekreasi semata dalam bisnis wisata yang disempitkan. Dan, dengan mengorbankan sisi asal pengetahuan itu dikreasi sebagai sebuah metode pendidikan dan pembelajaran.

Dengan hal termaktub diatas dan dengan segala fenomena presepsi atas kata wisata yang terjadi, pariwisata merupakan sebuah rumah dimana aktivitas pergerakan manusia untuk kepentingan rekreasi dan edukasi itu terjadi dengan tidak boleh meniadakan elemen-elemen pembangun dan detail-detailnya, serta menghindarkan pembiasan atas sebuah pengetahuan, kearifan lokal, dls yang dikontruksi guna sebatas kepentingan bisnis rekreasi semata.

Terdapat dua ruang besar dalam satu rumah industri pariwisata, dimana pada setiap ruangnya memiliki warna yang mencolok dengan detail isi ruang yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik pada tujuan pembangunan dan pengembangan pariwisata, maupun terhadap pengelolaan atraksi dan interaksi wisatanya. Ruang itu adalah, pariwisata minat khusus yang lebih menekankan kepada aspek penghayatan dan penghargaan terhadap kelestarian alam, lingkungan sosial, budaya, kearifan lokal dan pada aspek ekonomi kerakyatan.

Ruangan kedua adalah pariwisata massal (mass tourism) atau wisata konvensional. Pariwisata massal merupakan pariwisata modern dengan pendekatan ekonomi kapitalis. Pembangunan dan pengembangan atraksi wisata maupun interaksi dalam pariwisata massal, dipersiapkan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan keuangan sebuah organisasi usaha / seseorang semata,

dengan kesenangan wisatawan sebagai alat tukarnya. Kendatipun terdapat beberapa arsiran yang berada diantara keduanya, seperti pada elemen budaya, lingkungan, dls, namun pada pariwisata massal, budaya hanya sebatas media atraksi dan interkasi serta sebagai alat transaksi, atau budaya di komersilkan (komersialiasi budaya) untuk tujuan dan kepentingan ekonomi, begitupun dengan arsiran pada lingkungan, dls.

Ditenggarai, pada saat ini tengah terjadi pergeseran orientasi pariwisata dari wisata massal menuju wisata minat khusus, indikasi ini terlihat dari : 1. maraknya pembangunan dan pengembangan Desa Wisata berbasis komunitas masyarakat-lokal (CBT – Community Base Tourism) dengan prinsif wisata ramah yang menjadi program dari kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 2. Dibukanya banyak destinasi pariwisata alam oleh kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan, serta Kementerian BUMN dan lembaga/departemen terkait yang membidangi pengelolaan kawasan hutan seperti Perum Perhutani, Taman Nasional, dls. 3. kebijakan pemerintah yang dikeluarkan dan upaya-nya guna membangkitkan pariwisata minat khusus sebagai salah satu keunggulan pariwisata Indonesia di kancah industri pariwisata Internasional, dls.

Pergesaran orientasi pariwisata inipun terjadi karena kejenuhan wisatawan itu sendiri terhadap destinasi wisata buatan yang merupakan citra dari industri pariwisata massal. Dalam menyingkapi hal ini, prinsip kerjasama dan kesetaran yang berkeadilan harus terbangun secara sadar diantara para pihak untuk membangkitkan pariwisata Indonesia, termasuk didalamnya adalah para stakeholder, praktisi dan akademisi bersatu bersama dalam mengembangkan industri pariwisata minat khusus ataupun pada industri pariwisata massal agar dapat bersaing dikancah Internasional dan memenangkan pasar global pariwisata dunia.

Indonesia dengan pesona alam nan indah serta kekayaan kebudayaan dan kearifan lokal yang tersebar dari sabang sampai ujung merauke, dan dari Mianggas sampai pulau Rote merupakan salah satu alasan dari tujuan perjalanan wisatawan mancanegara bertandang ke negeri yang berjuluk jamrud di khatulistiwa. Mereka menikmati pemandangan alam, pesona tumbuh-tumbuhan, dan keliaran satwa penghuni hutan tropis, serta mempelajari dan mengagumi bentuk-bentuk manifestasi kebudayaan masyarakat lokal dari generasi masa lampau yang dihadirkan pada masa kini untuk beragam kepentingan, salah satunya untuk kepentingan industri pariwisata. Tak terkecuali dengan keindahan alam gunung Paseban dan kekayaan yang-terkandung didalamnya, yaitu berupa pesona fisik bumi maupun keragaman hayati, baik binatang ataupun tumbuhan-tumbuhan. Dihadirkan untuk dunia pariwisata sebagai pemenuh atas hasrat sebuah perjalanan untuk menikmati Indahnya Indonesia serta guna memenuhi kebutuhan akan sensasi dan minat terdalam seorang wisatawan dalam aktivitas berpariwisata diujung tenggara Desa Wisata Megamendung, di zona penyangga bagian barat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Dan, buku ”Jelajah Kawasan Pariwisata Alam Curug Panjang” ini merupakan salah satu sarana untuk mengintip sebahagian pesona alam curug panjang dalam geliat wisata minat khusus dari celah-celah deskripsi dan photo-photo yang telah dikumpulkan sejak pertengahan tahun 2016, baik oleh penulis ataupun para photografer yang tergabung dalam keluarga Highland Indonesia dan group-nya.

Nun, Demi Qalam dan apa yang mereka tulis-kan” (Qs. 68;1), Semoga Allahﷻ., mengampuni atas ketidak-benaran dengan apa yang saya tuliskan, dan mengganjar pada setiap kebenarannya.

Bogor, 12 Mei 2020 M
19 Ramadhan 1441 H

A. Zaenal Mutaqin
P e n u l i s

Tentang Penulis

Lahir di Bogor, memiliki kecintaan pada dunia hutan, sosial dan budaya, mengenyam pendidikan dalam bidang manajemen di Universitas Pakuan, seorang praktisi Wisata Minat Khusus dan aktivis pariwisata ramah, saat ini menjadi CEO Highland Indonesia group.